Rabu, 12 Maret 2014

Agroforestry (Pengertian, Manfaat, dan Penerapanya)


  • Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang di dominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. (UU 41/1999)
  • Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah (UU 41/1999)
  • Pengertian Agroforestry
Pengertian dan Definisi dari Agroforestri adalah budidaya tanaman kehutanan (pohon-pohon) bersama dengan tanaman pertanian (tanaman semusim).
Pengertian agroforestri seperti di atas merupakan pengertian sederhana karena agroforestri dapat diartikan lebih luas lagi dengan pengabungan sistem budidaya kehutanan, pertanian, peternakan dan perikanan. Agroforestri merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris "Agroforestry" yaitu Agro berarti pertanian dan Forestry berarti Kehutanan. Agroforestri dikenal juga dengan istilah "Wanatani" yaitu gabungan kata Wana berarti Hutan dan Tani atau Pertanian. Agroforestri merupakan suatu sistem pengelolaan lahan untuk mengatasi masalah ketersediaan lahan dan peningkatan produktivitas lahan. Masalah yang sering timbul adalah alih fungsi lahan menyebabkan lahan hutan semakin berkurang. Agroforestri diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut dan masalah ketersediaan pangan. Prakteknya disesuaikan dengan kondisi setempat. Pembagian jumlah tanaman antara tanaman kehutanan dan tanaman lain (pertanian, pakan ternak) = 50: 50 sampai 10: 90


Jadi Agroforestry adalah:
  1. Cara penggunaan lahan untuk mempertahankan hasil secara lestari
  2. Dengan menanam pohon dan tanaman pangan atau pakan ternak

Sesuai definisi agroforestri diatas maka sistem ini bervariasi dan cukup luas sehingga dapat diklasifikasi berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut :

  1. Secara Struktual, menyangkut komposisi komponen, seperti sistem-sistem agrisilvikultur, silvopastur dan agrisilvopastur.
  2. Secara Fungsional, menyangkut fungsi atau peranan utama dalam sistem, terutama komponen kayu-kayuan.
  3. Secara Sosial Ekonomis, menyangkut tingkat masukan dalam pengelolaan (masukan rendah, masukan tinggi, intensitas dan skala pengelolaan, tujuan usaha, subsisten, komersial, intermedier).
  4. Secara Ekologis, menyangkut kondisi lingkungan dan kesesuaian ekologis dari sistem Agrisilvikultur, Silvopastur, Agrosilvopastur, Silvofishery, pohon serbaguna, dan lainnya.
Pada dasarnya agroforestri mempunyai komponen pokok yaitu kehutanan, pertanian, peternakan dan perikanan. Penggabungan komponen-komponen yang termasuk dalam agroforestri dikenal dengan nama 
  • Agrisilvikultur merupakan Kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan (pohon, perdu, palem, bambu, dll.) dengan komponen pertanian.
  • Silvopastura merupakan Kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan dengan peternakan
  • Agrosilvopastur merupakan Kombinasi antara komponen atau kegiatan pertanian dengan kehutanan dan peternakan/hewan
  • Silvofeshry merupakan Kombinasi antara komponen kehutanan dan komponen perikanan. Sistem ini merupakan pemanfaatan hutan mangrove dikombinasikan dengan tambak ikan.
Tujuan akhir program agroforestri adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat petani, terutama yang di sekitar hutan, yaitu dengan memprioritaskan partisipasi aktif masyarakat dalam memperbaiki keadaan lingkungan yang rusak dan berlanjut dengan memeliharanya. Program-program agroforestri diarahkan pada peningkatan dan pelestarian produktivitas sumberdaya, yang akhirnya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Pengertian Silvofishery
Silvofishery merupakan pola pendekatan teknis yang terdiri atas rangkaian kegiatan terpadu antara kegiatan budidaya ikan atau udang dengan kegiatan penanaman, pemeliharaan, pengelolaan dan upaya pelestarian hutan mangrove. Mangrove silvofishery ditanam di sepanjang tambak dengan jarak tanam 1 meter antara satu pohon dengan pohon yang lain. Mangrove yang digunakan pada sistem silvofishery ini adalah Avicennia dan Rhizophora.


3. Manfaat Silvofishery dalam praktek Agroforestry
Manfaat yang dapat diperoleh dengan menerapkan silvofishery pada tambak budidaya (Sualia.dkk, 2010)yaitu :
  • peningkatan produksi dari hasil tangkapan alam dan ini akan meningkatkan pendapatan petani ikan.
  • Mencegah erosi pantai dan intrusi air laut ke darat, sehingga pemukiman dan sumber air tawar dapat dipertahankan.
  • Dengan model sistem silvofishery, aspek ekonomi masyarakat dapat terpenuhi dari kegiatan budidaya ikan dan udang dalam tambak, sedangkan aspek perlindungan pantai dan konservasi bakau dilakukan dengan tetap menjaga bakau-bakau di pematang tambak dan bagian luar dari tambak.
  • Kegiatan penanaman bakau dan pembuatan tambak dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat tanpa bantuan pemerintah, sehingga konsep social forestry atau community forestry tercipta dengan sendirinya di wilayah pesisir tersebut.
Dengan model sistem silvofishery, aspek ekonomi masyarakat dapat terpenuhi dari kegiatan budidaya ikan dan udang dalam tambak, sedangkan aspek perlindungan pantai dan konservasi bakau dilakukan dengan tetap menjaga bakau-bakau di pematang tambak dan bagian luar dari tambak. Kegiatan penanaman bakau dan pembuatan tambak dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat tanpa bantuan pemerintah, sehingga konsep social forestry ataucommunity forestry tercipta dengan sendirinya di wilayah pesisir tersebut.sistem silvofisheryyang dapat diaplikasikan adalah sistem empang parit dan sistem empang inti.
Sistem empang parit adalah sistem mina hutan dimana hutan bakau berada ditengah dan kolam berada di tepi mengelilingi hutan.Sebaliknya sistem empang inti adalah sistem mina hutan dengan kolam di tengah dan hutan mengelilingi kolam (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999 ).
Silvofishery sebagai sebuah konsep usaha terpadu antara hutan mangrove dan perikanan budidaya yaitu budidaya di tambak menjadi alternatif usaha yang prospektif dan sejalan dengan prinsip blue economy. Pendekatan terpadu terhadap konservasi dan pemanfaatan sumberdaya hutan mangrove memberikan kesempatan untuk mempertahankan kondisi kawasan hutan tetap baik, disamping itu budidaya perairan payau dapat menghasilkan keuntungan ekonomi. Hal yang paling penting adalah bahwa konsep ini menawarkan alternatif teknologi yang aplikatif berdasarkan prinsip keberlanjutan (sustainable).Pengelolaan terpadu mangrove-tambak diwujudkan dalam bentuk sistem budidaya perikanan yang memasukkan pohon mangrove sebagai bagian dari sistem budidaya yang dikenal dengan sebutan wanamina (silvofishery). Silvofishery pada dasarnya ialah perlindungan terhadap kawasan mangrove dengan cara membuat tambak yang berbentuk saluran yang keduanya mampu bersimbiosis sehingga diperoleh kuntungan ekologis dan ekonomis karena mempertimbangkan kepedulian terhadap ekologi (ecologycal awareness).
Fungsi mangrove sebagai nursery ground sering dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan perikanan. Keuntungan ganda telah diperoleh dari simbiosis ini, selain memperoleh hasil perikanan yang lumayan, biaya pemeliharaannya pun murah, karena tanpa harus memberikan makanan setiap hari. Hal ini disebabkan karena produksi fitoplankton sebagai energi utama perairan telah mampu memenuhi kebutuhan untuk usaha budidaya tambak, berarti disini terwujud efesiensi.
Pengelolaan budidaya ikan/udang di tambak melalui konsep silvofishery, disamping sangat efisien juga mampu menghasilkan produktivitas yang cukup baik dengan hasil produk yang terjamin keamanannya karena merupakan produk organik (non-cemical). Bukan hanya itu konsep ini juga mampu mengintegrasikan potensi yang ada sehingga menghasilkan multiple cash flow atau bisnis turunan antara lain adalah bisnis wisata alam (eco-taurism business) yang sangat prospektif, pengembangan UMKM pengolahan produk makanan dari buah mangrove, disamping bisnis turunan lainnya.


4. Model Silvofishery

Secara umum terdapat tiga model tambak silvofishery, yaitu; model empang parit, komplangan, dan jalur. Selain itu terdapat pula tambak sistem tanggul yang berkembang di masyarakat. Pada tambak silvofishery model empang parit, lahan untuk hutan mangrove dan empang masih menjadi satu hamparan yang diatur oleh satu pintu air. Pada tambak silvofisherymodel komplangan, lahan untuk hutan mangrove dan empang terpisah dalam dua hamparan yang diatur oleh saluran air dengan dua pintu yang terpisah untuk hutan mangrove dan empang (Bengen, 2003). Tambak silvofishery model jalur merupakan hasil modifikasi dari tambaksilvofishery model empang parit. Pada tambak model ini terjadi penambahan saluran-saluran di bagian tengah yang berfungsi sebagai empang. Sedangkan tambak model tanggul, hutan mangrove hanya terdapat di sekeliling tanggul. Tambak jenis ini yang berkembang di Kelurahan Gresik dan Kariangau Kodya Balikpapan. Berdasarkan 3 pola silvofishery dan pola yang berkembang di masyarakat, direkomendasikan pola silvofishery kombinasi empat parit dan tanggul. Pemilihan pola ini didasarkan atas pertimbangan:
  • Penanaman mangrove di tanggul bertujuan untuk memperkuat tanggul dari longsor, sehingga biaya perbaikan tanggul dapat ditekan dan untuk produksi serasah.
  • Penanaman mangrove di tengah bertujuan untuk menjaga keseimbangan perubahan kualitas air dan meningkatkan kesuburan di areal pertambakan.


Luas permukaan air di dalam tambak budidaya jenis mang-rove yang biasanya ditanam di tanggul adalah Rhizophora sp. dan Xylocarpus sp. Sedangkan untuk di tengah/pelataran tambak adalah Rhizophora sp. Jarak tanam mangrove di pelataran umumnya 1m x 2m pada saat mangrove masih kecil. Setelah tumbuh membesar (4-5 tahun) mangrove harus dijarangkan. Tujuan penjarangan ini untuk memberi ruang gerak yang lebih luas bagi komoditas budidaya.Selain itu sinar matahari dapat lebih banyak masuk ke dalam tambak dan menyentuh dasar pelataran, untuk meningkatkan kesuburan tambak.

Manfaat terhadap lingkungan:

•Mengurangi ketergantungan terhadap hutan
•Menjaga kesuburan lahan
•Menurunkan suhu pada tanah dan lingkungan sekitarnya

Manfaat sosial dan ekonomi:

•Tersedianya kayu pertukangan, kayu bakar, pangan, pakan ternak dan pupuk hijau
•Mencegah terjadinya gagal panen
•Memantapkan dan meningkatkan pendapatan
•Merubah sikap masyarakat dalam cara mengolah lahan


Strategi dalam menerapkan Agroforestry:

•Memilih pohon yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat yang cocok ditanam dan dapat tumbuh dengan subur)

•Memilih jenis pohon yang mempunyai perakaran dalam agar menyerap zat-zat tumbuh dari lapisan tanah di bawah, sedangkan tanaman pangan mendapat zat-zat tumbuh dari lapisan tanah permukaan

•Membuat jarak tanam yang sesuai dengan jenis tanaman yang ditanam

0 komentar:

Posting Komentar

lagu

WITA

Anda Pengunjung ke

Hak cipta oleh Raven. Diberdayakan oleh Blogger.

Post Populer